Rabu, Agustus 19, 2009

FORMAT SKENARIO (Satu dan Setengah Jam serta Telesinema)

1 komentar

Format skenario itu seperti apa, sih? Pasti bingung, ya! Memang beda-beda, kok. Untuk yang satu dan setengah jam, jelas beda. Coba aja pelototin. Pasti beda. Belum lagi yang telesinema seperti FTV (film televisi) atau telesinema (televisi sinema – format layar lebar yang di televisikan).
IKLAN
Dalam konsep industri seperti sekarang, di mana kita disodorkan fenomena para praktisi TV bisa dengan mudah meloncat dari satu TV ke TV tetangga, bahkan pergantian menejer serta direktur sudah hal biasa, tayanan sebuah sinetron nggak bisa lepas dari iklan. No iklan, ya no money. No money, ya no rating. No rating, ambruklah TV itu. Ujung-ujungnya memang duit. Dari rating yang sudah dibakukan oleh AC Nielsen (lembaga terpandang made in USA), akan kelihatan kalau sinetron itu bisa menguntungkan atau nggak, karena disukai dan ditonton pemirsa.

Apa kontribusi penulis skenario? Ya, jelas ada. Penting banget. Penulislah yang tahu banget, kapan sebuah adegan dipotong dan digantikan dengan iklan (commercial break), sehingga pemirsa “kesal” dan “kecewa”, lalu tetep stay tune di TV itu, karena nggak mau ketinggalan kelanjutan dari adegan yang terpotong iklan itu. Kalau si pemirsa memindahkan chanel lewat remote controle ke TV lain, celakalah program itu! Biasanya bagian yang dipotong iklan ini disebut cliff hanger (adegan yang dibiarkan menggantung).
BABAK
Sinetron bedurasi 30 menit (kadang bersihnya bisa 22 menit kalau standar, tapi kalau iklannya penuh bisa cuma 18 menit) format skenarionya terbagi 3 babak (act). Masing-masing babak (act) bisa terdiri dari kisar 4 sampai 6 scene (adegan). Kalau ditotal bisa berjumlah sekitar 12 - 18 scene/adegan. Tayangan iklannya ada 3 kali plus 1 kali setelah opening di awal cerita (bisa setelah credite title; nama-nama pemain dan crew produksi). Jumlah halamannya antara 16 – 25 halaman. Idealnya berkisar 20 halaman. Durasi ini biasanya cocok untuk Serial TV seperti “LUV” (RCTI), “Saras 008” (IVM) atau komedi situasi.

Durasi 60 menit sebetulnya isi ceritanya bisa saja 48 – 42 menit. Malah ada yang cuma 38 menit, karena iklannya penuh. Biasanya ini terjadi pada sinetron yang sangat digemari pemirsa dengan episode panjang. Di kita ada “Tersanjung” (IVM) dan “Si Doel Anak Sekolahan” (RCTI). , serta yang akan menyusul “da Apa dengan Cinta” (RCTI), yang sudah ikontrak RCTI sebanyak 1004 episode. Ngggak menutup kemungkinan lho, jika pemirsa remaja suka, episodenya akan diperpanjang.
Skenario 1 jam terdiri dari 5 babak (act). Setiap babaknya terdiri dari 6 – 8 scene/adegan. Kalau ditotal 30 – 40 scene/adegan. Untuk durasi 1 jam ini, kita mesti pandai-pandai membentuk plot/struktur cerita, konflik, misteri, percintaan, drama, persahabatan, komedi, tragedi, dan kejahatan menjadi satu tayangan yang menarik. Kadangkala kehidupan masa lalu para tokoh juga bisa menjadi bumbu-bumbu penyedap untuk dituangkan di skenario. Kalau telesinema bisa mencapai 9 babak/act. Durasinya mencapai 90 menit plus iklan. Isi ceritanya sih bisa 70 menitan.

5 CARA YANG ‘KATANYA’ GAMPANG UNTUK BERGABUNG MENJADI PENULIS SKENARIO DI INDUSTRI SINETRON TV KITA

1 komentar
Ada begitu banyak industri berguguran di terpa krisis negri ini, tapi ada satu industri yang justru mekar dan menjanjikan di saat yang sama, itulah industri hiburan televisi. Sinetron berhamburan memenuhi jam tayang televisi yang berlomba-lomba menjerat iklan. Orang-orang yang terlibat di Industri inipun mulai memetik hasil yang membuat pesonanya semakin berkilau.


Artis-artis sinetron dengan mudahnya menghamburkan uang semilyar hanya untuk berulang tahun. Sedangkan di tempat lain, pasangan penulis skenario senior mampu menghidupi kehidupannya dengan layak, padahal menulis dari Kanada. Ada lagi pasangan penulis yang memilih untuk membangun sebuah kerajaan berbentuk Rumah Produksi dari hasil cucuran keringat mereka menulis skenario.
Sinetron, suka atau tidak telah mampu menghidupi begitu banyak orang didalamnya. Akan tetapi, walau bagaimanapun, “INI INDUSTRI BUNG!” Ada begitu banyak tuntutan yang menyertainya.


Jika anda merasa tidak tampan, cantik apalagi berbakat akting, tentu janganlah bermimpi menjadi seorang bintang sinetron.Tapi jangan pula bersedih hati, karena begitu banyak peluang yang tersedia di Industri ini, terutama untuk para penghayal yang mendaulat dirinya sebagai “ORANG KREATIF”. Anda bisa menjadi seorang KONSEPTOR yang membuat disain produksi sebuah acara TV atau SINETRON, atau jika anda merasakkan kegelisahan yang harus di curahkan ke dalam bentuk tulisan, kenapa tidak menghayalkan satu jalinan cerita dalam bentuk SKENARIO SINETRON.


Perduli setan jika orang bilang Sinetron kita kacangan, toh yang menonton tetap banyak. Selama menulis datang dari hati bukan cuma semata iming-iming rupiah, berarti kita masih memiliki idealisme. Jangan menulis ketika anda tidak ingin melakukannya, lebih baik tidur ditemani DIAN SASTRO, ya nggak? Keep dreaming, asshole!!!


Nah, jika anda merasa terinspirasi untuk menjadi seorang penulis skenario di Industri Sinetron yang di caci oleh para pengamat TV yang “MENGAKU PINTER”, lebih pinter dari ‘PENTONTON FILM’ yang sebagian besar “KATANYA” adalah ‘ORANG KAMPUNG, PEMBANTU, DSB’, inilah CARA yang mudah-mudahan memudahkan anda untuk bergabung menjadi PENULIS dalam INDUSTRI SINETRON negri ini. Karena untuk masuk ke Industri sebagai penulis baru, SUMPAH MAMPUS, SUSAH BENER...

1.  Ini aturan BASI tapi BASIC, yaitu: SUKA NULIS. Masalah apakah tulisan itu bagus, atau jelek, nanti dululah, yang penting SUKA dulu. Masalah kualitas, biasanya bisa meningkat seiring kuantitas. NULIS...NULIS...dan NULIS...begitu menurut buku-buku TEORI menulis.

2. SUKA NONTON. Menulis SKENARIO adalah memahami bagaimana bahasa tulisan (naskah) menjadi satu guidance bagi bahasa gambar. NONTON YANG BANYAK, membuat kita paham bagaimana FILM bisa ‘BERBICARA’. Perhatikan bagaimana suatu cerita bisa dibangun, bagaimana TRIK menuntun perhatian penoton sehingga akhirnya merasa terjebak pada satu cerita SUSPENSE, atau bagaimana PLANTING dari sesuatu yang terasa begitu remeh ternyata begitu penting di akhir cerita.

3.  BACA SKENARIO BAGUS, BUKU TEORI SKENARIO, ARTIKEL MENGENAI SKENARIO. Nonton doang rasanya nggak cukup, ternyata teori bisa juga membantu. Tetapi secara pribadi, saya berkeyakinan, praktik harus melebihi porsi teori. Karena membaca terlalu banyak teori kadang membuat anda terikat, karena berpikir harus mengikuti apa yang sudah tertulis dalam text book. Padahal imajinasi liar, kreativitas yang inovatif merupakan sumbangan berharga dalam membuat karya yang ‘TIDAK BIASA’. Tapi kembali lagi, pendapat itu bisa berbeda, tergantung cara pandang anda.

4. MAU MENDENGAR KRITIK. Menjadi penulis handal, tentu bukan masalah gampang. Diperlukan pengalaman bertahun-tahun untuk menjadi seperti itu. Proses lama ini bisa di potong jika anda mau mendengar ucapan orang yang lebih berpengalaman. Mereka sudah melakukan TRIAL AND ERROR sebelumnya, jadi untuk apa kita melakukan ERROR lagi jika tumbalnya sudah ada, ya kan? He...he...he...
Mendengar kritik dari orang yang non penulis juga diperlukan. Orang-orang yang suka menonton film, perlu diperhatikan. Mereka bisa mewakili penonton secara keseluruhan. Bagaimana mayoritas penonton tidak suka disuguhi cerita yang berbelit-belit, mudah ketebak dan menggampangkan masalah.

5. MEMPERLEBAR JARINGAN. Ini hal penting ketika anda merasa yakin bisa menulis skenario dengan baik. Sebanyak apapun anda berkarya, tapi akan tetap menjadi koleksi pribadi selamanya jika anda tidak berusaha untuk “MENJUAL” nya. Adalah hal yang sangat sulit jika anda memilih mendatangi RUMAH PRODUKSI hanya dengan contoh karya yang belum pernah di produksi.Mungkin cara ini bisa berhasil bagi segelintir orang, tapi lebih banyak lagi yang gagal. Cara yang lebih mudah untuk memasarkan kemampuan anda menulis adalah dengan cara memperluas perkenalan dengan orang-orang di Industri ini.
Anda bisa mendaftar menjadi anggota MILIS di Internet, seperti LAYARKATA, SINEMA MUDA, dll. Di MILIS tersebut anda bisa mendapat berbagai informasi mengenai peluang menulis atau jika anda beruntung anda bisa berkenalan dengan salah seorang penulis senior, produser TV atau sutradara terkenal.

Cara lainnya adalah dengan mendaftar workshop film. Kenapa saya bilang WORKSHOP bukan SEKOLAH FILM, soalnya SEKOLAH FILM kelama’an seh...Di tempat ini, anda bisa menjalin hubungan yang baik dengan MENTOR yang pastinya punya jaringan yang lebih luas. Cari kesempatan menulis lewat MENTOR anda. Mintalah diperkenalkan dengan banyak orang. Jangan malu untuk memperkenalkan diri. Karena jika anda tidak qualified, sudah dapat dipastikan anda tidak akan bertahan dalam industri ini. Jadi jangan takut dibilang KKN.
Semoga tulisan ini berguna. Semoga anda yang membaca tulisan ini tidak lupa kepada saya, saat sudah menjadi penulis terkenal...nal...nal....

INGIN JADI PENULIS SKENARIO, MULAILAH MENULIS

0 komentar
*Pengantar Judul*

Ketika membaca judul itu, pasti pertanyaan pertama adalah : ya iyalah… pasti menulis. Tapi gimana menulisnya ? Emangnya gampang? Hal ini juga pernah
terjadi ketika saya memakai judul yang sama ketika berbicara soal dunia tulis menulis (cerpen, novel). Tapi kalau memang ingin menjadi penulis skenario, ya tulislah skenario itu.

*Pengantar Makalah*

Menulis skenario merupakan sebuah profesi yang cukup menjanjikan. Layaknya profesi yang lain, menulis skenario juga dituntut memiliki keahlian. Selain
itu tentu saja kedisplinan, kemauan dan kesempatan. Tapi buat saya, tetap dan lagi-lagi, dalam hal apa pun, kemauan adalah kata kunci yang paling utama. Karena tanpa kemauan, keahlian, kedisiplinan dan kesempatan yang didapatkan, pasti akan menjadi sia-sia.

Saya jadi teringat pada almarhum bapak saya yang pernah berkata, "Tidak ada
profesi apa pun yang bisa membuat kamu kaya, tapi kamulah yang berbuat
melalui profesi itu untuk menjadi kaya."

Itu artinya, khususnya buat saya, kemauanlah yang paling utama—dalam segala
bidang (dengan tujuan apa pun – tentang tujuan ini, masing-masing dari kita
silakan menyikapinya sendiri). Karena dari kemauan, akan muncul kedisplinan,
dari kedisplinan akan menjadi keahlian, dan bila sudah memiliki keahlian,
maka Insya Allah, kesempatan itu pun ada.

Lalu yang paling sering kali terdengar, kesempatan itu susah sekali
datangnya, dan kalau pun datang, dia tidak pernah dua kali datang. Jadi
ketika kesempatan itu datang, langsung "disergap". Benar, hal itu sangat
benar. Tetapi bagaimana dengan pernyataan ini : "kesempatan itu tidak akan
pernah datang dan tidak datang dua kali bila kita menunggu, tapi dia akan
datang berkali-kali bila kita mengejarnya."

*Pointnya : tetap KEMAUAN.*


*I**si Materi*

Sekarang mari kita masuk pada materi pembicaraan kita yang tentunya semua
ini disajikan untuk para pemula yang ingin belajar menulis skenario. Bagi
yang sudah "ahli" atau "terbiasa", jangan segan-segan untuk memberikan
ilmunya di sini.

Begitu banyaknya buku panduan untuk menulis skenario, yang merupakan sebuah
bentuk bacaan renyah dan bergizi. Sangat menyenangkan membacanya. Buku-buku
semacam itu bisa menjadi amunisi dalam benak kita—paling tidak—kelak akan
membangkitkan alam bawah sadar kita.

Lalu ada yang bilang, "kok setelah saya membaca buku-buku semacam itu tetap
tidak bisa menulis skenario". Pertanyaannya, sudah mencobakah ? Kalau pun
sudah, sudah berkali-kalikah ? Kalaupun sudah berkali-kali, patah
semangatkah ? Kalau tidak patah semangat, terus mencoba lagikah ? Pertanyaan
ini akan menjadi sangat panjang, yang intinya tetap : MENULISLAH.

Pada dasarnya, membuat skenario tidak jauh berbeda dengan menulis cerpen,
novelet maupun novel. Sama-sama memiliki sebuah bahan dasar, yaitu : Ide
atau gagasan atau bolehlah kita katakan "premis". Ide atau gagasan sebuah
cerita menjadi sebuah dasar atau jiwa dari cerita itu sendiri. Yang
membedakan antara skenario dan bentuk tulisan lainnya, hanyalah dari
struktur dan tetek bengeknya saja.

Sebuah cerita yang bagus, tanpa premis yang kuat akan terasa hambar. Premis
dalam sebuah skenario biasanya lebih difokuskan pada tokoh utama. Premis
kadang dianggap pula sebagai sebuah KONSEP, konsep sentral atau ide cerita
dalam penulisan skenario.

Sebagai contoh misalnya :

"Tentang Sisi yang pergi bersama teman-temannya ke sebuah pulau, lalu di
pulau itu dia bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat menakutkan, yang
membuat Sisi dan teman-temannya merasa diteror, dan ternyata diketahui, itu
adalah bapak kandungnya yang telah lama pergi".

Premisnya biasanya diarahkan dalam konflik. Dalam konflik contoh di atas,
Sisi berusaha untuk menghindari bahkan mungkin (kita buat saja) yakin kalau
(misalnya) pencurian atau pembunuhan yang terjadi dilakukan oleh si
laki-laki menakutkan itu. Di sisi lain dalam penyelidikannya dia dikejutkan
oleh satu kenyataan kalau laki-laki itu adalah bapak kandungnya. Lalu
misalnya lagi : (begitu banyak bisa kita buat)

Nah, dari contoh itu, premis atau ide cerita sederhana itu mengarah dalam
diri tokoh utama.

Dari sinilah skenario mulai berproses dengan bagan yang biasa kita kenal :

*BASIC IDEA – BASIC STORY – SINOPSIS – TREATMENT (SCENE PLOT) – SKENARIO*.

*Premis* mengarah menjadi *Basic Idea (BI)*, yang merupakan gagasan lebih
lanjut dari premis terhadap skenario yang akan kita buat. Dalam BI ini,
belum ada gambaran tentang cerita, tokoh, bahkan adegan demi adegan yang
akan kita buat. BI saya anggap perlu, karena ini diperlukan untuk menjaga
arah cerita, agar cerita tetap berada di jalannya.

Contoh BI yang kita angkat dari premis di atas :

"Kegelisahan seorang remaja yang ingin tahu siapa bapak kandungnya dan rasa
kecewanya terhadap ibunya yang menutupi soal itu".

Nah, dari sini kita sudah bisa membayangkan arah skenario yang akan kita
buat. Tapi kita belum memiliki acuan yang nyata, bahkan cerita secara garis
besarnya pun belum kita punya.

Berangkat dari BI, kita mengarah pada *Basic Story (BS*). Di dalam BS inilah
kita mencoba membuat arahan cerita yang sedikit lebih jelas. Terutama
tentang tokoh utama, tokoh pembantu, dan tokoh-tokoh lainnya yang
diperlukan. Juga kemana arah cerita yang akan kita buat.

Contoh BS :

"Karena tidak mendapatkan kejelasan siapa bapak kandungnya, Sisi kecewa
terhadap ibunya. Dia lalu mengajak teman-temannya untuk berlibur ke sebuah
pulau yang setuju setelah mengetahui apa yang dialami Sisi. Ada yang pro dan
kontra pada Sisi akan sikapnya pada ibunya. Di pulau itu, Sisi dan
teman-temannya mengalami peristwa-peristwa aneh, dengan terjadi pencurian
bahkan pembunuhan. Mereka saling curiga. Tak sengaja bertemu dengan seorang
lelaki yang mereka anggap sebagai pelakunya yang kemudian diketahui itu
adalah bapak kandungnya Sisi". (… seterusnya bisa diisi masing-masing)

Nah, secara sederhana BS sudah kita dapatkan. Kita bisa mendapatkan arahan
cerita yang lebih lengkap dari sebelumnya.

Setelah BS kita lalui, kita mulai membuat *sinopsis*. Berbeda dengan
sinopsis cerpen atau buku, sinopsis skenario harus dibuat jauh lebih
lengkap. Dalam sinopsis skenario, urutan cerita sudah mulai terbentuk, meski
belum final. Fungsinya, bila kita hendak mempresentasikan, kita sudah punya
gambaran utuh dari cerita itu.

Biasanya dalam sinopsis diutamakan menceritakan :

Tokoh utama dan tokoh pembantu – peristiwa dan waktu kejadian – main story
(cerita utama) dan side story (cerita pendukung) – motivasi tokoh –
hambatan-hambatan yang dialami tokoh utama – jalan keluar dari setiap
masalah dan hambatan serta apa yang dilakukan para tokoh – ending atau
penutup dari cerita.

Itulah maksud saya perbedaannya dengan sinopsis sebuah cerpen atau pun
novel.

Lalu sekarang kita masuk pada *treatment*.

Treatment (banyak juga yang menyebutnya scene plot) adalah sebuah arah atau
sketsa yang lebih jelas untuk menuju ke sebuah skenario. Di sini susunan
cerita sudah terbentuk secara nyata, dimulai dari awal cerita sampai akhir,
pergerakan tokoh, kejadian demi kejadian dikemukakan secara jelas. Sehingga
dramatik cerita nampak nyata dan tidak kabur.

Dalam menulis treatment, dialog sama sekali belum dibuat, karena treatment
adalah arahan scene by scene yang menceritakan apa yang terjadi dan
bagaimana kelanjutan dari scene by scene menuju ending.

Treatment diperlukan, karena selain kita sudah menangkap dan menilai daya
tarik cerita secara utuh (juga memudahkan untuk mengoreksinya sebelum
membuat skenari), dalam presentasi pun kita dengan mudah menceritakan apa
yang ingin kita buat.

Barangkali mudahnya seperti ini. Kita harus pahami dulu tentang segala macam
tetek bengek teknis penulisan skenario.

*Tentang setting :*

Biasanya ditulis EXT (exterior) atau INT (Interior) yang menandakan di mana
kejadian yang akan kita tuliskan itu terjadi. Lalu ada tempat yang akan
tuliskan. Hingga jadinya misalnya :

· 01. EXT – RUANG KELAS

01 menunjukkan itu berada pada scene ke berapa. Seterusnya 01, 02, 03, …

Ext itu menunjukkan berada di luar dalam hal ini, di luar kelas. Bila ingin
menunjukkan di dalam dituliskan : Int.

*Tentang Waktu :*

Ini diperlukan untuk mengingatkan, kapan kejadian itu terjadi. Hingga
jadinya :

· 01. EXT – RUANG KELAS – PAGI

Ada juga yang menambahkan tentang hari di belakangnya, ini untuk mengetahui
pada hari keberapa kejadian itu terjadi. Jadi ditambahkan :

· 01. EXT – RUANG KELAS – PAGI (h-1)

H-1 itu menunjukkan hari pertama. Berikutnya H-1, H-2, H-3, …

*Tentang Pemain :*

Ada juga skenario yang memerlukan nama pemainnya dituliskan, dengan maksud
agar yang emmbaca segera tahu siapa yang bermain dari scene by scene, hingga
ketika membuat breakdown (biasanya dilakukan oleh bagian yang memproduksi
skenario), tidak kesulitan lagi untuk mengetahui siapa pemainnya. Tapi
tidak semua yang menerapkan gaya seperti itu. Hingga jadinya :

· 01. EXT – RUANG KELAS – PAGI

Pemain : Sisi, Indra, Wahyu

Hal teknis lainnya adalah seputar tetek bengek soal skenario. Misalnya
CUT-TO, INTERCUT-TO, CONT'D-TO, INSERT, VOICE OVER dan lainnya yang dengan
mudah bisa kita pelajari. Untuk teknis yang ini, silakan membaca buku-buku
panduan skenario yang sudah ada.

Yang tetap ingin saya tekankan dalam diskusi kita ini, adalah sisi mudah dan
sederhana tanpa diribetkan oleh masalah-masalah teknis. Jadi pointnya tetap
:

*BASIC IDEA – BASIC STORY – SINOPSIS – TREATMENT (SCENE PLOT) – SKENARIO.*

Nah, kalau semua ini sudah kita kuasai, mari, *mulailah menulis SKENARIO…*

Caranya gimana, mulaikan menuliskan dialog dari treatment atau scene plot
yang kita buat. Yang perlu diingat, skenario bisa melompat ke mana saja,
baik itu dari segi setting maupun waktu.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam,

Kamis, Agustus 13, 2009

merah putih

0 komentar

Film Merah Putih – Berlatar sejarah otentik perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan pada tahun 1947 ketika terjadi Agresi Militer Belanda pimpinan Van Mook yang menyerang jantung kaum republik di Jawa Tengah, MERAH PUTIH bercerita tentang sekelompok pejuang kemerdekaan yang harus bersatu untuk bertahan dari pembunuhan, berjuang sebagai pejuang gerilya, untuk menjadi anak-anak bangsa sesungguhnya, terlepas dari konflik pribadi yang tajam dan perbedaan yang besar dalam kelas sosial, suku, daerah asal, agama, dan kepribadian
Dibesut dalam format film 35-millimeter, MERAH PUTIH melibatkan ahli perfilman internasional terbaik dalam bidang special effects dan tata teknis lain yang berpengalaman di perfilman Hollywood: Koordinator Special Effects dari Inggris Adam Howarth (SAVING PRIVATE RYAN, BLACKHAWK DOWN), Koordinator Pemeran Pengganti Rocky McDonald (MISSION IMPOSSIBLE II, THE QUIET AMERICAN), Make-Up dan Visual Effects Artist Rob Trenton (BATMAN – THE DARK KNIGHT), Ahli persenjataan John Bowring (CROCODILE DUNDEE II, THE MATRIX, THE THIN RED LINE, AUSTRALIA, X-MEN ORIGINS:WOLVERINE) dan Asisten Sutradara Mark Knight (DECEMBER BOYS, BEAUTIFUL)
Jenis Film : Drama
Produser : Hashim Djojohadikusumo, Rob Allyn, Jeremy Stewart
Produksi : Pt Media Desa Indonesia, Margate House
Durasi : 105